Diantara rahmat Allah yang ekslusive diberikan kepada umat Muhammad adalah adanya solusi membersihkan benda-benda yang terkena najis tanpa harus membuangnya percuma. Benda-benda kesayangan yang mutanajjis –terkena najis- bisa suci melalui proses pencucian (dengan atau tanpa sabun cuci) sehingga benda tersebut boleh dipakai kembali. Bandingkan dengan umat nabi-nabi terdahulu, mereka harus rela membuang/memotong semua benda yang terkena najis, tentunya cara ini memberi kesan mubadzir dan berdampak pada banyaknya koleksi pakaian kita yang akan menjadi cacat, rusak dan sia-sia.
Teori pencucian benda yang terkena najis dalam fiqih Syafii harus melalui alat khusus yang terangkum dalam –Wasail taharoh– (alat-alat yang digunakan untuk bersesuci) berupa air, debu, batu dan samak. Dengan bantuan salah satu dari empat alat ini maka benda yang terkena najis akan kembali suci dan bisa dimanfaatkan seperti sebelum terkena noda, tentunya dengan syarat hilangnya rasa, bau dan warna najis tersebut. Sayangnya diantara alat-alat diatas tidak ada satupun yang menyinggung masalah benda yang tidak bisa dicuci dengan cara biasa, seperti metode pencucian melalui pengeringan atau uap yang banyak ditawarkan oleh para pemilik jasa loundry di kota-kota besar. Bukankah pakian mahal akan cepat rusak dan tidak layak pakai lagi jika terpaksa menggunakan mesin cuci biasa yang mengandalkan air untuk menghilangkan noda-noda najisnya?
Solusi mencui dengan cara pengeringan
Masalah dry cleaning ternyata telah dibahas tuntas oleh Madzhab Hanafi dalam kitab-kitab fiqihnya. Menurut madzhab ini, cara menghilangkan najis tidak hanya dibatasi dengan alat-alat yang telah dipaparkan oleh pengikut Syafii. Selama maksud dan tujuan dari pensucian benda tersebut telah dihasilkan maka benda itu dihukumi suci dan boleh dimanfaatkan kembali. Oleh karena itu, pensucian benda atau pakian dengan cara pengeringan baik melalui sinar matahari maupun lainnya sudah sangat mencukupi. Karena inti dan tujuan dari penyucian benda itu adalah menghilangkan rasa, bau dan warna najis yang menempel. Bukankah cara ini lebih simpel dan menjadikan pakaian kesayangan kita akan terasa semakin awet serta jauh dari kerusakan.
Jika anda telah memahami maksud dan tujuan artikel ini, maka jangan ragu-ragu lagi untuk membeli pakaian yang berbandrol selangit itu, karena sistem Dry Cleaning sudah memenuhi standar pensucian benda atau pakaian secara Syar’ie. Paling tidak ada Imam Hanafi yang akan mempertanggung jawabkan riset yang beliau tawarkan. Berterimaksihlah kepada Mujtahid-mujtahid terdahulu yang telah menjadikan hukum-hukum agama lebih membumi.
Syarh Bulughul Marom.. n crew..
coretan Berikutnya (edisi Saudi):
Jambret Masjidil Harom
Sayyed Diusir Polisi Makkah
Lika Liku Jamaah Hajji Indonesia
Pengalaman Tidur Disamping Jasad Nabi
Menghilangkan Bekas Luka
Jan 14, 2012 @ 10:09:33
sebuah pencerahan gan..
selama ini gak kepikiran apa hukum laundry..
thanks informasinya..
LikeLike
Sayyed EP
Jan 14, 2012 @ 11:22:31
Sebenarnya Semua permasalahan post modern telah di kaji lebih detail oleh mereka yang hidup pada abad ke 2 hijriah dan seterusnya.. hanya saja kita enggan menelilik riset2 mereka dan menyebarkankan informasi penting seperti masalah diatas…
Sama-sama mas
Salam Sayyed EP
LikeLike
Anonymous
Jan 24, 2012 @ 04:19:47
Subhanallah gan mantap,g kebayang hanya denga dikeringkan sama dengan dicuci,,
Tapi dengan dicuci bhan baju bs cepat rusak gan terpapar sinar matahari?
LikeLike
Sayyed EP
Jan 24, 2012 @ 13:42:02
ya kalo inti dari Toharoh adalah menghilangkan Bau rasa dan warna.. maka wasail (alat) nya memang sangat banyak dan tidak terkungkung hanya menggunakan air saja, kecuali ada keterangan yg langsung dan pengecualian dari Rasulullah.
Makasih
Sayyed EP
LikeLike
Pengunjung
Mar 03, 2012 @ 09:15:17
Kalo ane sih daripada laundry mending nyuci sendiri gan,..
Kalo di Laundry ane ragu ma kesuciannya, soalnya kita kagak tau cara nyucinya gmn dan air yang digunakan gmn. soalnya salah satu syarat syah sholat adalah suci badan dan pakaian.
Kita ambil contoh dari air aja gan, air dipandang dari sifat nya ada 3
1. Air yang suci mensucikan ==> air sungai, air sumur, air hujan, air laut dan yang laennya.
2. Air yang suci tetapi TIDAK mensucikan ==> air kelapa, air agua botol dll.
3. Air yang Najis dan tidak bisa buat bersuci.
Tentunya kalo kita mau menghasilkan hasil cucian yang suci kita harus menggunakan air yang pertama yaitu air yang suci dan mensucika to..??
Kita liat lagi sifat air yang suci mensucikan itu yang bagaimana?
Air yang suci mensucikan itu terbagi menjadi 2 ukuran, air yang sedikit (kurang dari 2 kolah, 2 kolah itu kurang lebih berukuran 70x70x70 cm) dan air yang banyak (misal sungai, laut dsb yang ukurannya besar).
Kita gak masalah kalo misal mencuci di air yang ukurannya banyak, masalahnya kalo kita menggunakan air yang ukuran sedikit ini. yang ane tau kalo di laundry menggunakan mesin cuci yang cuma bisa menampung air yang sedikit. heee biasanya dicampur ma celana dalam lagi.. ^_^
kalo air yang ukuran sedikit ini kena najis maka najislah semuanya..
Share tips mencuci dengan mesin cuci gan :
1. pisahin celana dalam ma baju untuk mengurangi resiko tercampurnya najis dari si celana dalam. hehee
2. setelah di cuci menggunakan mesin cuci, bilaslah dengan air suci, misal air dari kran yang mengalir atau di bak yang ukurannya besar.
jadi dapat disimpulkan air yang kelihatanya bersih belum tentu suci gan,..
“semoga menambah wawasan”
LikeLike
Sayyed EP
Mar 03, 2012 @ 11:42:10
wah kasian orang awam mas klo harus ngikuti satu pandangan yang sama. Madzhab Syafii misalnya seperti teori yang anda ulas diatas. sementara pembagian air menurut Imam-imam lainnya mengatakan bahwa air suci mensucikan itu tidak harus satu kollah? dan ukuruan satu kolah juga tidak semuanya sama.
jangan heran jikan nanti kamu pergi ke lain daerah / negaea -India Hanafi, Maroko, dan Sudan Madzhab Maliki. disana kita akan mendapatkan orang melakukan tayamum padahal jelas2 ada air dan itu lumrah. teori yang luas ini yang mungkin harus dikaji kita bersama agar tidak terjadi salaing menyalahkan. hehehehe
makasih masukannya..
salam Sayyed EP
LikeLike
adee
Mar 10, 2012 @ 04:09:28
ijin share ya mas bro
Btw dulu saya pernah baca buku yg mendiskreditkan Umar Ibn Khatab karena beliau mensyahkan tayamum yg sudah dilakukan walaupun ketemu air setelahnya.karena ada pendapat tayamum batal dan harus diganti wudhu jikalau ketemu air walau segelas.terimakasih tanggapannya
LikeLike
Sayyed EP
Jun 24, 2012 @ 01:13:18
masalah sudah ada air setelah tayamum dan sholat itu tidak menjadikan sholat batal mas. apalagi sudah memenuhi syarat2 dilakukannnya tayamum.
mungkin yang dikaji itu menemukan air sebelum sholat atau memang sebelumnya tidak berusaha mencari2 dulu.
ya klo ada air walopun satu gelas nanti dibasuh secukupnya.. kurangnya ya dg tayamum. btw apa bisa satu gelas untuk 5 anggota wajib dalam wudlhu?
salam
LikeLike
Jawi tilen
Aug 11, 2012 @ 15:48:57
Lu. Kalu mau 100% suci, nyucinya di surga aja
LikeLike
Sayyed EP
Aug 12, 2012 @ 17:26:56
kenapa mas broz
di surga kok masih sempet2nya nyuci?
salam Sayyed
LikeLike